“The strong were always eating the weak.”
― James Rollins
BarisanBerita.com,- Partai Demokrat berusaha kembali merangkak dari keterpurukan. Namun, karena dianggap selalu bermain pada frame “jadi korban”, rangking partai asuhan SBY masih sulit mendapat simpati masyarakat.
Berita terbaru adalah curhatan SBY yang merasa sulit mendapat keadilan paska dirinya lengser dari kekuasaan.
Hal itu disampaikan SBY saat berpesan kepada kadernya agar tetap mematuhi hukum dalam melawan gerakan pengambilalihan kepemimpinan di Partai Demokrat.
“Meskipun sering tidak mudah untuk mendapatkan keadilan, tetaplah kita menjadi pihak yang menghormati konstitusi, hukum dan tatanan yang berlaku,” kata SBY dalam video yang diterima media, Rabu (24/2/2021).
Namun frame playing victim seperti itu kini dianggap tak mumpuni menggapai rasa kasihan publik.
Sebelumnya pada tahun 2018 lalu, Ketua DPP PDI Perjuangan Komaruddin Watubun mengingatkan tuduhan dan keluhan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berlebihan.
Menurut dia, hal seperti itu pernah terjadi saat SBY mengeluh soal Pilkada terdahulu. Komaruddin menilai itu merupakan strategi bermain sebagai korban atau playing victim dari SBY. Ia mengatakan, era drama politik ala SBY tersebut sudah berakhir dan ketinggalan jaman, sebab rakyat sudah paham strategi playing victim tersebut.
“Publik sudah tahu, bahwa Pak SBY lebih dihantui oleh cara berpikirnya sendiri atas dasar apa yang dilakukan selama jadi Presiden,” kata Komaruddin.
Ia menyinggung pelaksanaan Pilpres 2009 saat SBY menang telak. Menurut Komaruddin, kala itu SBY juga menggunakan alat negara dengan membujuk sejumlah Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang kemudian menjadi pengurus teras Partai Demokrat.
Para Komisioner KPU yang kemudian menjadi petinggi di Demokrat ialah Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati.
Ia juga meminta SBY tak menyamakan pemerintahannya dengan Presiden Joko Widodo yang dinilainya tak pernah menggunakan alat negara untuk kepentingan partai.
Ia menyatakan, partainya sudah menang mutlak di pilkada yang lalu jika Presiden Jokowi terbukti menggunakan alat negara.
Sementara, Wasekjen Hanura, Tridianto mengatakan SBY memainkan peran ‘playing victim‘.
“Ya itulah memang gaya Pak SBY. Bikin kesan seolah-olah dizalimi. Enggak bosan-bosan gaya politik begituan,” kata Wasekjen Hanura Tridianto di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, kritik diantara politisi adalah hal yang wajar. Sebaiknya kritik dijawab dengan cara elegan. “Kalau ada politisi atau partai dikritik itu kan biasa saja. Demokrasi kok ngeluh dikritik. Pakai istilah di-bully lagi. Jadi politisi itu jangan baper, jangan dikit-dikit mengeluh,” paparnya.
(BBS, wo)