Perang Rahasia Mossad vs Iran

28
838
Tentara Israel mengawasi kawasan laut Mediterania

Yossi Cohen, yang baru saja pensiun dari posisinya sebagai kepala badan intelijen Israel, Mossad, telah membeberkan operasi mata-mata negaranya terhadap Iran melalui sebuah wawancara dengan media.

Menurut Cohen, Mossad melancarkan aksi pencurian dokumen-dokumen program nuklir Iran di sebuah gudang pada 2018. Operasi tersebut berhasil memindahkan puluhan ribu dokumen dari Iran ke Israel.

Dia juga mengindikasikan bahwa Israel terlibat dalam penghancuran fasilitas nuklir Iran di Natanz serta pembunuhan seorang ilmuwan nuklir Iran.

Cohen menjabarkan hal ini kepada wartawan Ilana Dayan dalam program dokumenter Uvda yang disiarkan stasiun televisi Israel Channel 12.

Cohen diangkat sebagai kepala Mossad pada akhir 2015 oleh Benjamin Netanyahu yang saat itu masih menjabat perdana menteri. Netanyahu baru saja dilengserkan oleh politikus Naftali Bennett dan koalisi sayap kanan.

Cohen bukan orang baru di badan intelijen Israel. Dia bergabung dengan lembaga tersebut pada 1982 setelah mengenyam pendidikan sarjana di London, Inggris.

Dalam wawancara dengan Ilana Dayan, Cohen mengaku punya “ratusan paspor” selama kariernya.

Penuturan terpenting Cohen saat diwawancara adalah mengenai pencurian arsip-arsip program nuklir Iran.

Isi arsip-arsip itu pernah disinggung Netanyahu dalam jumpa pers pada 2018. Saat itu dia mengklaim dirinya punya bukti bahwa Iran berupaya menciptakan senjata nuklir secara rahasia seraya mempertahankan pengetahuan tersebut rapat-rapat—tuduhan yang kemudian dibantah Iran.

Belakangan, sewaktu diwawancara, Cohen mengatakan perlu dua tahun untuk merencanakan operasi pencurian puluhan ribu dokumen program nuklir Iran.

Secara keseluruhan terdapat 20 agen Mossad yang dikerahkan di lapangan—tiada seorang pun dari mereka yang berkewarganegaraan Israel, sebut wartawan Ilana Dayan.

Bos mata-mata Israel itu menyaksikan dari markas komando di Tel Aviv ketika para agen menerobos masuk ke dalam gudang dan membongkar lebih dari 30 lemari besi. Saat foto-foto temuan muncul di layar, “kami semua luar biasa gembira,” kata Cohen sebagaimana dikutip Times of Israel.

Semua agen lapangan selamat dan dalam kondisi baik, tambah Cohen, walau ada yang harus dijemput dari Iran

Wawancara yang luar biasa rinci

Sebenarnya bukan hal aneh bagi mantan kepala Mossad untuk diwawancara atau menyampaikan pandangan pada topik tertentu. Bagaimanapun, penuturan Yossi Cohen luar biasa dalam hal rincian yang dia beberkan.

Karena itu, Times of Israel menyebut wawancara itu “menakjubkan [dan] mencerahkan”.

Menyimak penjabaran Cohen ibarat membaca buku novel yang menegangkan. Contohnya, ketika dia menuturkan bagaimana para agen menjebol lemari-lemari besi, mengangkut berton-ton dokumen program nuklir Iran, serta membawanya keluar negara tersebut sembari dikejar.

Cohen juga mengindikasikan keterlibatan Mossad dalam operasi lain yang lama digosipkan sebagai hasil pekerjaan agen-agen Israel.

Penjabarannya kian dekat menuju pengakuan bahwa Israel mensabotase fasilitas nuklir Iran yang dirahasiakan.

Meski demikian, isi wawancara itu terukur dan sudah pasti telah disetujui sensor militer Israel.

Perilisan dokumenter ini juga menarik. Sebab, wawancara tersebut mengemuka seiring dengan bakal dimulainya perundingan nuklir Iran di tengah kabar adanya kemajuan.

Di samping itu, wawancara itu menjadi semacam wanti-wanti terhadap musuh-musuh Israel bahwa Mossad mampu beraksi di belakang garis depan pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh.

Israel sebelumnya telah berbicara secara terbuka mengenai niat mereka mengambil ribuan dokumen program nuklir Iran.

Dalam wawancara itu, Cohen juga berbicara mengenai fasilitas nulir Iran di Natanz.

Iran mengatakan bahwa aksi sabotase menyebabkan kebakaran di lokasi pengayaan uranium pada Juli 2020. Kemudian sehari setelah mengungkap peralatan baru pada April tahun ini, para pejabat mengklaim fasilitas itu lagi-lagi disabotase dan mengalami kerusakan besar. Iran menuduh Israel melakukan “terorisme nuklir”.

Cohen mengaku kepada wartawan Ilana Dayan bahwa dia mengenal fasilitas di Natanz dengan sangat baik. Bahkan, Cohen mengklaim bisa mengajak Dayan ke ruang “tempat mesin pemutar sentrifugal berada”.

Dia menambahkan: “Mesin-mesin itu yang dipakai untuk memutar [uranium]. Kini ruangan itu tidak nampak seperti kondisi sebelumnya”.

Lebih lanjut, Cohen menyinggung soal Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir Iran yang dibunuh di jalan di luar Kota Teheran, November 2020 lalu. Iran secara gamblang menyalahkan Israel atas peristiwa itu.

Mantan kepala Mossad itu tidak membenarkan atau membantah keterlibatan agen-agen intelijen Israel dalam kematian Fakhrizadeh. Dia justru menekankan ilmuwan tersebut adalah target “selama bertahun-tahun” dan pengetahuan ilmiahnya merisaukan Mossad.

“Jika pria itu punya kemampuan yang membahayakan warga Israel, keberadaannya harus dihentikan,” kata Cohen.

Namun, tambahnya, seseorang bisa luput dari pembunuhan “jika dia siap mengubah profesinya dan tidak mencederai kami lagi.”

(BBC)

28 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here