Perempuan yang suka menyiksa
Tugas belum selesai. Komandan mereka, Kolonel Jim Land minta mereka datang ke markas. Ada tugas menanti. Carlos diminta menghabisi seorang komandan perempuan di kesatuan viet cong yang dikenal sadis karena tega menyiksa tentara Amerika dengan sangat brutal. Perempuan ini suka sekali menggunakan pisau belatinya untuk mengiris-iris daging tahanannya, dan juga suka mengoleksi kelopak mata korbannya.
Perempuan itu berada di Bukit 55, lokasi pertempuran terkenal antara tentara Amerika dan Vietnam Utara.
“Kalian mau mendengar siapa perempuan sadis ini?” kata Land kepada Carlos dan Burke. Keduanya mengangguk. “Ya, pak.”
Ini perempuan, kata Land, seperti punya masalah dengan orientasi seksnya. Dia sangat sadis dan senang sekali menyiksa tentara. Umurnya sekitar tiga puluh tahunan, penampilan menarik, hidungnya seperti gadis Vietnam lainnya, tak terlalu mancung. Perempuan yang dikenal dengan sebutan “si Apache” ini selalu membawa buku catatan.
Dia membeli buku itu di Hanoi sebelum ikut latihan menjadi penembak jitu dan mengikuti pendidikan intelijen yang digelar tentara komunis Vietnam Utara. Buku itu berisi catatan si Apache tentang beberapa musuh yang berhasil dia “selesaikan”.
Si Apache ini selalu punya metode baru untuk menyiksa tahanannya. Suatu waktu, dia berhasil menangkap pekerja sipil asal Amerika yang dicurigai sebagai agen CIA. Siksaan pun dilakukan hingga jeritan tahanan terdengar jauh. Dia ingin tentara Amerika mendengar teror tersebut. Aksinya berhasil membuat tentara jeri padanya.
Lalu ada juga kisah tentang tawanan si Apache yang diikat dalam kotak bambu. Ukuran kotak bambu itu sengaja dibuat sempit sehingga tahanan tak bisa banyak bergerak. Tak lama kemudian, si Apache memerintahkan anak buahnya membawa beberapa ekor tikus ukuran besar dengan kondisi sangat kelaparan. Hewan pengerat itu mulai menggigit tubuh tahanan tanpa ampun, termasuk bagian kepala yang sebelumnya dipukul keras hingga bocor dan terlihat bagian dalamnya. Dalam dua puluh empat jam, si tahanan mati mengenaskan dengan bagian kepala sudah kosong dimakan tikus-tikus besar tersebut.
Kekejaman si Apache makin menggila ketika dia juga mengumpulkan kelopak mata tahanan sebagai koleksinya.
Aksi biadab si Apache ini sudah sangat menganggu dan menjadi prioritas intelijen militer untuk menghabisinya. Carlos Hatctcock ditugaskan untuk segera menembak mati perempuan itu.
Tembus dada
Agar tak gagal, Carlos ingat pesan komandannya Kapten Jim Land tentang metode sniper: jangan menyerang musuh di area yang sama dua kali, lalu jangan melakukan kebiasaan yang bisa ditebak musuh. “Berbuat kesalahan artinya mati!”.
Lama menanti kemunculan si Apache, akhirnya suatu hari di bulan Nopember, saat Carlos sedang duduk di dalam tenda, tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara tembakan di bawah bukit. Dia melihat lewat teropongnya. Satu kelompok marinir yang sedang patroli dihujani tembakan oleh viet cong. Marinir-marinir itu berusaha lari menghindar dan bersembunyi di balik semak dan pohon.
Dari laporan komandan patroli lewat radio, tiga tentara tertembak mati, dan satu dibawa viet cong. Pasukan musuh dipimpin seorang perempuan. Dan dipastikan itu adalah si Apache.
Marinir yang tertangkap itu menjadi bahan siksaan perempuan viet cong sadis tersebut. Jeritan kesakitan marinir malang ini terdengar mengerikan.
Taktik si Apache diketahui oleh Kapten Jim Land, yang paham bahwa cara itu pernah digunakan oleh pasukan Jerman pada Perang Dunia ke I, dengan sengaja menahan tahanan lalu menembak kakinya, kemudian ditaruh di lapangan terbuka untuk memancing agar ada temannya yang menolong. Jika ada, maka senapan Jerman menghantam teman yang ingin menolong temannya tersebut.
Dengan teropongnya, Carlos melihat ke atas bukit. Yeahhh, kata Carlos dalam hati, perempuan sadis itu akhirnya muncul juga. Si Apache bersama dua anak buahnya nampak sedang berusaha kembali menyergap anggota marinir. Namun kali ini tak ada kesempatan lagi bagi perempuan jahat itu.
Carlos didampingi Kapten Land meneropong si Apache. Tak sabar, Kapten Land meminta meriam arteleri membom posisi si Apache. Akibatnya, si perempuan itu panik, dan bersama anak buahnya segera lari tunggang langgang. Di saat mereka ketakutan terkena bom, di saat itu pula Carlos membidik si Apache.
“Jangan buru-buru,” bisik Carlos dalam hati. Perlahan dia menarik pelatuk senapannya. Darah mucrat dari tubuh si Apache. Peluru menghajar belakang dadanya, lalu menembus ke paru-paru. Perempuan itu langsung mati dan jatuh tersungkur. “Dia mati dan kini tak akan bisa lagi menyiksa tentara Amerika,” kata Carlos kepada dirinya sendiri sambil tersenyum puas.
Carlos juga berhasil membunuh pria asal Perancis yang disewa tentara komunis Vietnam Utara untuk mengintrogasi tentara Amerika. Keahlian orang Perancis ini terkenal karena sadis dan mampu membuat tahanan buka mulut.
Atas keberhasilan dan keberaniannya Carlos Hatchcock dianugrahi medali Purple Heart oleh pemerintah Amerika.
Dan sang legenda memang tak pernah bisa tergantikan. Nama Carlos Hatchcock terus abadi dan dikenang sebagai sniper terhebat di dunia.
Carlos Hatchcock berhasil membunuh 93 musuh sesuai catatan yang telah dikonfirmasi. Namun dirinya juga disebut-sebut berhasil menembak mati lebih dari 300 musuh.
Sumber: Marine Sniper 93 Confirmed Kills-Charles Henderson
where can i buy priligy If you want to keep your gains, make sure you take nolvadex
Great ?V I should definitely pronounce, impressed with your web site. I had no trouble navigating through all the tabs and related info ended up being truly easy to do to access. I recently found what I hoped for before you know it in the least. Reasonably unusual. Is likely to appreciate it for those who add forums or something, site theme . a tones way for your client to communicate. Excellent task..
can i buy priligy in mexico Toremifene, a new antiestrogenic antitumor compound, has several biologically active metabolites