HUMINT, Ancaman Spionase China

30
1214
Ilustrasi ancaman spionase China

“The saddest thing about betrayal is that it never comes from your enemies.”

BarisanBerita.com,- Kemajuan ekonomi China ternyata juga berdampak pada upaya negara ini untuk mengumpulkan rahasia negara lain, khususnya negara musuh. China atau Tiongkok kini fokus mengintai musuh terbesarnya Amerika, namun bukan tak mungkin ini juga bisa menimpa negara lain, seperti Indonesia.

Pendekatan Human Inteligence (Humint) lebih banyak digunakan negara Tembok Raksasa itu dalam mengumpulkan data rahasia negara lain. Menggunakan pendekatan ke orang dianggap lebih efektif dalam dunia spionase.

Agen-agen spionase China, kata The Atlantic.com, ternyata makin pintar dalam merekrut mata-mata negara lain. Mereka memanfaatkan satu kelemahan manusia yaitu “KESERAKAHAN”, dan metode itu sering kali berhasil.

Kevin Malorry mantan CIA yang diganjar 20 tahun penjara karena mata-mata

Pensiunan agen CIA, Kevin Mallory pada 2017 akhirnya dipenjara karena tertangkap tangan memberikan dokumen rahasia ke pihak China. Usut punya usut, mantan militer ini ternyata memiliki utang 230,000.00 dollar Amerika (sekitar Rp 3,2 miliar).

Keresahan Malorry akan utang tersebut, memaksanya mencari cara mudah mendapat uang. Akhirnya dia coba membuka medsosnya di Linkedln. Kawannya mayanya itu ada sekitar 500 orang. Akhirnya dia dihubungi seseorang di China, yang mengaku bekerja di bagian analisis.

Dia mengaku tertarik dengan analisa luar negeri yang dibuat Malorry. Pria itu lalu mengundangnya datang ke China. Berdasarkan bukti yang didapat FBI, ternyata pria tersebut bukan seorang analisis, melainkan agen mata-mata China.

Mallorry ditangkap saat menyerahkan flashdisk berisi dokumen rahasia dan dia menerima suap 25 ribu dolar dari pria China tersebut. Pensiunan CIA ini diganjar hukuman 20 tahun penjara.

Apa yang dilakukan China, kata seorang ahli spionase, sama dengan yang dilakukan Rusia. “Mereka sama persis dengan Rusia, menjadikan Amerika target utama,” katanya.

Kisah pengkhianatan juga dilakukan Ron Hansen, mantan agen pertahanan Amerika (DIA), yang ditangkap karena menerima uang ratusan dollar Amerika usai menyerahkan sejumlah dokumen rahasia. Dia ditangkap saat meminta akses dari temannya yang masih bekerja di DIA, untuk membuka dokumen rahasia. FBI menangkapnya.

Lagi, seorang mantan CIA, Jerry Chun Shing Lee, setelah meninggalkan lembaga rahasia Amerika itu, lalu tinggal di Hong Kong, dan mengaku bekerja sebagai pengusaha. Tahun 2010, Lee didekati agen mata-mata China. Lee dibujuk untuk menyerahkan data-data rahasia yang sangat sensitif.

Jerry Chun Shing Lee

Menurut Kepala Devisi Keamanan Nasional Departemen Kehakiman Amerika, John Demmer, tertangkapnya tiga orang warga negara Amerika dalam kasus ini, menunjukan betapa China sedang berusaha sangat keras mencuri informasi rahasia Amerika.

Metode agen spionase China, tak berbeda dengan agen mata-mata lain. Cara pertama dengan meminta dokumen yang tidak bersifat rahasia, lalu mulailah dilakukan penjebakan. “Ketika si target menerima amplop (uang), secara rahasia mereka difoto, lalu target diperas, dan mereka tak akan bisa lari,” kata mantan agen FBI dan CIA, Evanina.

Namun ada satu kelemahan agen-agen spionase China, kata Evanina, mereka kalah sabar dengan agen Rusia, yang kerap menggunakan agen senior untuk mengejar target. “Agen Rusia bisa bertahan sangat lama mendekati targetnya, bahkan bisa bertahun-tahun hingga akhirnya berhasil, dan karakter itu belum dimilki agen spionase China,” ujarnya.

(ATL, Bob, wo)

30 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here