Sayang, Ku Antar Kau ke Surga

33
833

Tak ada agama di sini
Walter dan Bender lalu duduk di bangku taman yang ramai. Bender melihat seorang wanita dengan anjing peliharaannya. Walter menyalakan rokoknya.
“Apakah List orang yang relijius. Seperti apa dirinya ketika di dalam gereja?”
Walter menjawab, “Ini tak ada hubungnnya dengan agama. Banyak aksi mengerikan dilakukan dengan atas nama Tuhan, padahal itu cuma mengeabui saja. Di balik ketaatannya pergi ke gerja, List adalah seorang psikopat sadis. Dia lama dikuasai oleh istri dan ibu kandungnya. Anak-anaknya pun tak mau mendegar kata-katanya. List tak tahan dengan semua itu. Dia ingin hidup baru, dan itu menajdi langkah hidup yang dia ambil kemudian.”Bender makin senang dengan penjelasan temannya itu.

“List adalah tipe orang yang mampu menghancurkan keluarganya. Dia memilih menjadi laki-laki yang kuat. Dia tak peduli dan bertanggung jawab pada perempuan yang terus mengritiknya. Dia adalah pribadi yang mengerikan,” jelas Walter.
“Berarti dia gila?”
“Oh tidak sama sekali. Orang ini benar-benar waras. Dia bahkan merasa lebih unggul dari orang lain. Dia beranggapan dunia tak adil padanya. Langkah pertama yang dia lakukan untuk melawan perasaannya itu adalah dengan mencuri uang ibunya, selama bertahun-tahun. Dan dia menganggap itu pantas dia dapatkan,” kata Walter.
Bender menarik napas panjang. “Lalu apa yang membuat List sampai pada ujung mengrikan itu?”
Walter tersenyum. “List adalah pribadi yang menganggap laki-laki lah yang berkuasa. Seperti ibunya, yang agresif dan memonopoli, Helen juga sama dalam memerlakukan List.Pria yang pernah bekerja di militer itu mulai marah dan tak terima kondisi yang dialaminya.”
List menyimpan kebencian atas kontrol yang dilakukan ibu dan istrinya. Kegagalan dalam hidup mulai menderanya, dan dia menyalahkan semua itu pada Si sialan Helen.
Dia mulai kehilangan wibawa, makin menyendiri. Keadaan makin parah saat putrinya mulai puber. Dan membunuh menjadi hal yang masuk akal bagi List. Dia merasa keluarganya terlalu banyak meminta.

Menutup mata sang mayat
Walter juga menerangkan kenapa seluruh mayat ditutup matanya oleh List. “Kau catat ini, mayat ibunya, istri, dan tiga anaknya semua matanya ditutup lembaran kain dan handuk. Aku banyak melihat kasus seperti ini. Si pelaku tak mau mata itu “mengomel” lagi padanya. Dia juga tak ingin mata mereka mengikutinya terus. Semua adalah puncak kemarahan yang lama dia pendam. Saat menembakan peluru-peluru itu, dia merasa menang,” ujar Walter.
“Apakah wajahnya penuh dengan kemarahan” Apakah rasa bersalah lalu menyelimutinya setelah pembunuhan itu?
Walter tertawa kecil, “Bersalah? kau bercanda ya? si Pelaku tak mengerti kata “bersalah”. Dia tak punya perasaan apapun, kecuali rasa bebas dan sembuh dari perasaan marah dan dipermalukan. Orang ini sadis. Dia bisa tenang duduk dan menghubungi pendetanya serta guru drama putrinya. Mengunyah makan siang dan malamnya di dapur tempat dia membunuh istrinya.

Merasa tak bersalah membuat dia mampu menghilang dan membenarkan apa yang dia perbuat. Dia kemudian memulai hidup baru tanpa rasa takut. Baginya, hari-hari berikutnya sama denggan hari esok lainnya. Dia merasa “sembuh”.
“Kau ingin bicara tentang rasa bersalah?” tanya Walter. “List mengintai korbannya. Itu adalah ciri khas pembunuh sadis. Dari jauh-jauh hari dia sudah merencanakan bagaimana menghabisi anak-anaknya.”
Bender mengangguk
Walter mengangkat alisnya, “Boleh aku memberi semacam ramalan?”
“Boleh,”
“List akan memilih tinggal di daerah yang nyaman seperti saat dia hidup bersama keluarganya. Dia akan tinggal jauh dari lokasi kejahatannya agar bisa merasa bebas. Pekerjaan yang dia ambil adalah menjadi pegawai malam hari di sebuah motel. Itu dia lakukan agar tak ada orang yang mengenali dirinya.”

Walter meneruskan prediksinya. “Semakin lama, List akan kembali pada pekerjaannya sebagai akuntan. Dia juga akan kembali menjadi anggota gereja. menikah lagi dan kadang kala dia kembali ke rumah lamanya sekedar untuk “menengok”. Namun dia tetap terus bermasalah dengan keuangannya.”

List akan mudah diterima di komunitas barunya, dia tetap menjadi sosok yang rajin ke gereja, merasa cerdas, dan bertampang serius. kata Walter. “Dia akan selalu memakai kemeja dan dasi. Dengan riwayat yang ada, aku yakin List sekarang memakai pakaian yang lebih update. Dia akan memakai sepatu warna hitam dan juga kaos kaki yang berwarna hitam. Dia memakai kacamata dengan gagang tebal. Itu membuanya terlihat berwibawa. Dan dia menikah dengan wanita yang sama sekali tak tahu masa lalunya. “Dia berlagak sebagai si John yang baik.”
“Wow, Walter kau hebat,” puji Bender.
“Akan hebat kalau pertanyaanya juga hebat, seperti yang kau lakukan. “Yang paling penting dari permainan ini adalah pertanyannya, bukan jawabannya.”

Malam itu, Bender menyelesaikan sentuhan terakhir pada patung John List. Tampilan pada patung yang merupakan analisa profile dari Walter dan juga indra keenam Bender, membuat patung itu seolah terlihat hidup.

Orang paling dicari di Amerika
Tepat hari Sabtu, 21 Mei 1989, program America’s Most Wanted (Orang paling dicari) menayangkan kisah tentang John List pelaku pembunuhan anggota keluarganya. Itu adalah program dengan menampilkan kasus-kasus kriminal yang belum terpecahkan. Lebih dari dua puluh juta orang menyaksikan acara itu.

Malam itu, seorang wanita di Denver bernama Wanda Flannery menyaksikan acara tersebut dan tersentak. Dia memandang wajah yang ditayangkan acara di tv itu. Dia ingat! Pria yang disangka sebagai penjahat itu mirip dengan bekas tetangganya yang benama Bob Clark. Bob sudah pindah ke Virginia. Wanita ini ingat Bob bekerja sebagai akuntan dan punya luka di belakang telinga. Bob punya masalah keuangan dan sering gonta-ganti pekerjaan. Wanda kemudian merasa cemas dengan istri Bob, yang pemalu dan cantik. Wanda khawatir istri Bob bakal adalam bahaya.
Wanda lalu menghubungi pihat studiao tv yang menayangkan acara tersebut.

Sebelas hari kemudian FBI mengintai rumah di Midlothian, Virginia. Mereka melihat istri Bob, Delores Clark sedang membersihkan debu di ruang keluarga. Saat didatangi, Delores bilang Bob sedang tidak di rumah. Dia sedang bekerja di perusahaan akuntan. Saat melihat foto John List alias Bob Clark, wanita cantik itu terlihat tak percaya. Delores gemetar dan menangis. “Ini seperti suamiku. Aku tak percaya. Dia suami yang baik dan menjadi tetangga  yang baik. Dia rajin ke gereja,” kata Delores yang sangat terkejut.
Sore harinya, FBI menangkap Bob Clark alias John List. Penampilan List sama persis seperti patung yang dibuat Bender.

Suara dari dalam kubur
Besoknya, Bender dan Walter mendapat sorotan dan pujian. Koran besar The New York Time menyebut penangkapan List sebagai kasus penangkapan buronan terhebat.
Kasus list mengangkat popularitas Bender dan Walter, yang tak hanya terkenal di kalangan dalam negeri tapi juga dunia internasional.

Di sidang pengadilan pada 12 April 1990, List divonis lima kali hukuman seumur hidup tanpa ada kemungkinan untuk mendapat ampunan.

Hakim ketua Willam Wertheimeir mengatakan,”Nama John Emil List akan selamanya dikenal sebagai pribadi yang egois, menakutkan dan jahat seperti setan.”
Hakim melanjutkan,”John List melakukannya tanpa perasaan menyesal dan takut. Kini setelah delapan belas tahun lima bulan, dan dua puluh dua hari, suara dari Helen, Alma, Patricia, Frederick, dan John F. List bangkit dari kubur.”

(Diazz, Bowo)

33 COMMENTS

  1. I know this if off topic but I’m looking into starting my own blog and was curious what all is required to get set up? I’m assuming having a blog like yours would cost a pretty penny? I’m not very web smart so I’m not 100 positive. Any recommendations or advice would be greatly appreciated. Thank you

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here