BarisanBerita.com,- Para Guru Besar dari sejumlah universitas negeri masih terus bersuara terkait proses pemilu 2024, yang dianggap cacat etika dan curang. Namun sejumlah pihak menilai aksi tersebut partisan dan punya agenda tersembunyi.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia angkat bicara soal banyaknya guru besar dari berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, di berbagai daerah yang mengkritik situasi politik dan pemerintahan Presiden Joko Widodo saat Pemilu 2024.
Menurutnya, kritik yang disampaikan para guru besar itu merupakan bagian dari skenario yang sengaja diciptakan oleh pihak tertentu.
“Ini skenario, ini kita sudah paham sebagai mantan aktivis,” ujar Bahlil di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/2/2024).
“Ya sudahlah, mana ada politik tidak ada yang ngatur-ngatur. Kita tahu lah, ini penciuman saya sebagai mantan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ngerti betul barang ini. Terkecuali aku ini mahasiswa dulu kutu buku. Kita ini besar di jalan, gimana kita enggak paham gini-ginian,” tegasnya.
Meski begitu, ia tetap menghargai petisi dan kritik yang disampaikan mereka. Hanya menurutnya, ada sejumlah oknum akademisi yang mengacungkan jari yang identik dengan paslon capres-cawapres tertentu saat menyampaikan hal tersebut.
Selain itu ada pula salah seorang ketua umum parpol yang hadir.
“Kok ada yang mengangkat jari dengan nomor tertentu? Kok ada salah satu ketua partai di situ? Yang bener saja bos. Jadi maksud saya ya buatnya itu yang enak lah. “Tapi Pak Jokowi enggak apa-apa. Santai santai saja,” tambahnya.
Sebelumnya, sejumlah guru besar dan akademisi lintas kampus menyatakan siap turun ke jalan menyuarakan kemunduran demokrasi di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Hari ini, mereka menggelar kegiatan Temu Ilmiah Universitas Memanggil di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat pada Kamis, (14/3/2024).
“Jadi yang turun ke jalan bukan hanya mahasiswa, guru besarnya juga turun! Dosennya juga turun, ilmuwan-ilmuwan kampus juga turun. Karena apa? Situasi ini adalah persoalan hidup atau hancurnya bangsa kita,” Guru Besar Universitas Negeri Jakarta Hafid Abbas. “Kalau tidak bergandengan tangan dengan semua kekuatan, Indonesia tak bisa melawan segala macam penyimpangan demokrasi yang terjadi selama ini.”
Iqbal Cheisa, selaku perwakilan dari mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, mengatakan mereka telah sepakat bakal turun ke jalan sebelum pengumuman hasil Pemilihan Presiden 2024 pada 20 Oktober mendatang. Mahasiswa hingga elemen masyarakat lain masih terus menggalang kekuatan untuk menggelar aksi turun ke jalan.
(KMP/Bobby)