Falling in Love

31
1834
Falling in love

It’s easy to say
But it’s never the same
I guess I kinda liked the way you numbed all the pain

BarisanBerita.com,- Sepertinya kita sudah terbiasa mendengar cerita frustasi perempuan yang menjadi simpanan seorang pria. Nah, kali ini berbeda, kita dengar cerita Max Wooldrige,  seorang pria yang jatuh cinta pada wanita bersuami.

Cincin pernikahan menjadi perhatianku ketika bertemu wanita. Selama sembilan tahun aku jauh cinta pada seorang wanita bersuami, dan telah meruntuhkan hidupku.

Dan wanita itu pun jatuh cinta padaku.

Aku bertemu wanita ini di sebuah pesta di tahun 2004. Nama wanita itu, Lauren. Cantik, bertubuh tinggi dan berambut pirang.

Lauren saat itu, berpakaian gaun warna putih, rok panjang dan sepatu boot hitam—cool.

Aku langsung tertarik dengan wanita ini. Dia bisa langsung membuatku tertawa dengan humornya. Dan aku terpesona dengan mata indahnya.

Wanita cantik berusia 40 tahun ini, dua tahun lebih tua dari aku. Dia bekerja di tv, dan saat itu kami saling bertukar kartu bisnis.

Namun aku sempat merasa malu saat melihat cincin di jarinya. “Dia sudah menikah”, bisikku dalam hati. Aku berkhayal andai saja bertemu Lauren saat dia belum menikah.

Usai pertemuan itu, Lauren yang menelepon ku lebih dulu. Hatiku berdetak kencang—terkejut namun suka. Namanya muncul di layar hpku. Dia bilang akan mampir dan minta dibuatkan makanan saat dia mampir ke apartemenku. Hatiku berdebar kencang. “Apakah dia sungguh akan datang?”

Lauren memang datang. Kami minum bersama, dan sepertinya selera makanan kami pun sama.

Aku memandangnya. Aku suka cara dia membawa dirinya. Cara berpakaiannya menawan, dan pribadinya penuh percaya diri.

Saat itu aku masih menahan diri untuk tak jatuh cinta padanya karena akan ada yang terluka—anak dan Greg, suaminya. Namun di pertemuan ketiga, aku tak bisa lari dari perasaanku, aku jatuh cinta padanya, begitupun Lauren.

Hubungan itu kemudian berlanjut begitu cepat. Kami merasa spesial. Terus terang aku sudah lama mencari wanita seperti Lauren. Semua rasa canggungku hilang saat bersamanya.

Aku suka saat dia terlihat malu saat kupuji kecantikannya. Ku suka wangi tubuhnya dan wajahnya saat sedang serius.

Seminggu sekali aku datang ke kotanya, dan bertemu di sebuah café.

Lauren jarang tinggal bersama suaminya, mereka berdua sama-sama sibuk. Greg lebih sering ke luar kota.

“Aku jarang tinggal bersama pasanganku,” katanya. Aku pura-pura tak peduli, tapi sebenarnya senang ketika mendengar hal itu.

Bersamanya aku jalani hubungan seolah tak ada rasa bersalah, padahal dia istri dari orang lain.

Perasaan sayangku padanya makin tak terkira, namun aku terganggu dengan cincin perkawinan di jemarinya.

“Itu cincin pernikahanmu, sayang,” tanyaku

“Iya, kenapa, sayang,” kata Lauren.

“Bisa kau lepas,” pintaku.

Lauren tersenyum, dan membuka cincinnya dengan mudah, semudah dia melepas perasaan pada suaminya.

Hubungan gelapku bersama Lauren berjalan tenang. Wanita cantik ini pun mulai sering mengirim kartu ucapan, yang sering berisi ungkapan perasaan cintanya. Aku pun tak kuasa menepis parasaanku yang terus menyayanginya.

Terkadang rasa egoisku sering meluap untuk menguasai Lauren seutuhnya. Aku berkhayal dia akan meninggalkan suaminya dan resmi menjadi milikku. Namun aku tak sanggup kehilangan Lauren jika aku paksa untuk meminta hal tersebut.

Di saat sendiri, aku merenung dan berpikir tentang masa depan hubungan ini. Momen paling menyakitkan adalah ketika setiap kali Lauren berpisah dariku untuk berkumpul dengan keluarganya. Aku merasa terbuang dan tak dibutuhkan.

Aku berusaha mengakhiri hubungaku dengan Lauren karena merasa tak tahan lagi. Meskipun itu tak pernah bisa aku lakukan.

Dan hari yang menakutkan akhirnya tiba. Lauren mengirim surat, tapi kali ini dia tak menyebutku sayang, melainkan nama lengkapku.

“Kita sama-sama cocok, tapi kau tak bisa memberi lebih dari yang ku inginkan,” tulisnya di dalam surat itu. Dia pun menyarankan aku mencari wanita lain, menikah dan memiliki anak.

Aku tertegun tak percaya. Suratnya menganggetkanku. Surat itu bergambar dua hati yang indah dan diikat seutas tali, namun tak seindah perasaan yang aku alami saat itu.

Itu adalah kata-kata terakhir darinya, sampai aku tahu dia telah bertemu pria lain.

Aku terbuang, seolah cinta yang kuberikan padanya tak pernah ada. Seakan hubungan itu terhapus dari sejarah hidupnya.

Sejak itu aku tak pernah lagi mendengar kabar Lauren. Aku berusaha mencari tahu, namun hatiku berbisik, semua sudah usai, kau tak perlu lagi mencarinya.

Butuh tiga tahun bagiku untuk pulih dari rasa hancur. Aku mencoba tegar dan menulis ceritaku hubungan gelapku itu dalam sebuah buku. Menulis menjadi caraku kembali bangkit.

Di usiaku yang ke-49, aku mulai menjalin hubungan dengan wanita lain. Walau belum seutuhnya sempurna, namun aku mulai keluar dari rasa pedih hatiku.

(Daily Mail/Dians)

31 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here