Detik-Detik Mossad Menghabisi Ahli Nuklir Iran

33
952
Kapal Induk Amerika, Nimitz, yang dikerahkan sebelum operasi pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh

BarisanBerita.com,- Badan Intelijen Israel, Mossad, dituding ada di belakang aksi pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh pada Nopember 2020.

Israel memang tak memberi kesempatan bagi musuhnya untuk berani mengancam atau berniat menyerang negeri tersebut.

Menurut laporan The New York Times, Badan Intelijen Israel, Mossad, yang dikenal karena sejumlah aksi pembunuhan, memakai senjata buatan Belgia FN MAG yang dimodifikasi dengan penggunaan alat pengontrol jarak jauh. Penggunaan kepintaran buatan atau artificial intelligence (AI) juga disematkan pada senjata mesin yang menghabisi nyawa ilmuwan nuklir tersebut. Peralatan yang beratnya hampir satu ton itu masuk ke Iran, dengan cara diselundupkan dalam bentuk bagian-bagian kecil dan kemudian dirakit.

Mohsen Fakhrizadeh ahli nuklir Iran yang tewas dibunuh Mossad

Tim Mossad mengoperasikan senjata tersebut dari luar Iran. Laporan tersebut dibuat berdasarkan wawancara sejumlah pejabat Amerika, Israel dan Iran. “Termasuk dua lembaga intelijen yang ikut merencanakan dan mengeksekusi operasi rahasia tersebut.”

Dalam laporan itu, juga terungkap Israel sudah lama mengincar dengan mengikuti karir dan pergerakan Fakhrizadeh, yang disebut sebagai “Bapak” nuklir Iran. Operasi rahasia untuk mengikuti Fakhrizadeh, dilakukan sejak tahun 2007, dan mulai dilakukan perencanaan pembunuhan pada 2019 hingga awal tahun 2020. Mossad melakukan perencanaan dengan pejabat tinggi Amerika, dan diketahui oleh Presiden Trump serta Direktur CIA, Gina Haspel.

Operasi “pelenyapan” itu didasari pada dua hal, pertama, sikap Iran yang tak merasa terganggu  setelah seorang Jenderal top-nya, Qassim Suleimani, dibunuh oleh serangan pesawat tanpa awak milik Amerika. Kedua, Trump sedang membuat pencitraan untuk kampanye pada pemilihan presiden periode keduanya.

“Israel meminta dukungan Amerika jika mereka beranggapan bahwa operasi pembunuhan itu akan berakibat perang pada negara mereka,” kata laporan The New York Times. “Amerika lalu mengerahkan Kapal Induk Nimitz, untuk berjaga-jaga demi melindungi Israel setelah operasi tersebut.”

Kapal Induk Amerika, Nimitz, yang dikerahkan sebelum operasi pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh

Selain itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, berharap pembunuhan terhadap ahli nuklir itu akan membuat rencana perjanjian nuklir Iran dan Amerika tak akan berlanjut.

Mohsen Fakhrizadeh, 59, merupakan ilmuwan fisika, yang juga pejabat tinggi di Garda Revolusi Iran, tewas pada 27 November 2020. Fakhrizadeh ditembak saat pulang usai liburan dari Laut Caspian menuju ke rumahnya di Absard. Ahli nuklir ini menyetir sendiri mobilnya, sedangkan sang istri duduk di samping. Para pengawal mengikutinya dengan mobil terpisah.

Fakhrizadeh mengabaikan peringatan tentang ancaman pembunuhan yang bakal menimpanya. Dia mengabaikan peringatan tersebut karena sudah bertahun-tahun upaya melenyapkan dirinya tak pernah terjadi.

Sebenarnya pada tahun 2009, Mossad merencanakan pembunuhan padanya, namun operasi rahasia itu dibatalkan karena Israel takut tim yang dikerahkan akan dibantai pasukan Iran.

Baru pada November 2020, Israel merencanakan pembunuhan, menggunakan senjata yang dimodifikasi dengan sistem komputer. Mereka lalu mencari mobil bekas yang diabaikan pemiliknya. Sebuah truk Nissan berukuran sedang akhirnya dipakai untuk menaruh senjata.

Mobil kemudian ditempatkan di depan persimpangan jalan. Lokasi sudah ditentukan berdasarkan informasi dari warga Iran yang bekerja untuk Mossad. Fakhrizadeh diketahui akan melewati jalan tersebut. Mobil yang digunakan Mossad itu juga dilengkapi peralatan kamera dan peledak. Bom akan meledak dan menghancurkan semua yang ada di mobil itu, setelah operasi selesai.

Ketika mobil Fakhrizadeh ada dalam jarak tembak, maka seorang sniper menyiapkan penembakan. Semua dilakukan di luar Iran dengan menggunakan sistem pengendali jarak jauh yang canggih.

Tim pembunuh ini sudah memperhitungkan sejumlah kendala, seperti perubahan waktu dan jadwal perjalanan pulang Fakhrizadeh, goncangan yang terjadi pada mobil target, serta  kecepatan kendaraan tersebut.

Ketika mobil Fakhrizadeh tiba di persimpangan jalan, beberapa mobil pengawalnya seperti biasa bergerak lebih dulu untuk memeriksa kondisi keamanan jalan. Akibatnya mobil Fakhrizadeh bergerak lambat karena menunggu hasil inspeksi pengawalnya. Mereka tak menyadari mobil yang terparkir di pinggir jalan sedang mengincar Fakhrizadeh. Tim pembunuh pun melepas peluru ke arah Fakhrizadeh.

Laporan menyebutkan, tidak diketahui apakah Fakhrizadeh terluka ketika serangan pertama dilakukan. Namun, Fakhrizadeh sempat ke luar dari kendaraannya, hingga tiga peluru susulan membuat tubuh ahli nuklir itu terjerembab ke aspal jalanan. Fakhrizadeh akhirnya tewas.

Sejumlah pengawalnya tiba berusaha menyelamatkannya, namun mereka kelihatan bingung dengan apa yang telah terjadi.

Lalu istri Fakhrizadeh menghampiri tubuh suaminya. Sebuah truk (milik tim pembunuh-red) kemudian meledak, tapi peralatan di dalamnya masih bisa disita oleh pengawal Fakhrizadeh.

Sebanyak 15 selongsong peluru berhasil ditemukan. Operasi pembunuhan itu hanya berlangung selama 60 detik, kata laporan The New York Times. Dan tak ada korban lain yang tertembak atau terluka.

Operasi pelenyapan Fakhrizadeh tersebut berjalan sukses dan membuat malu pihak Pengawal Revolusi Iran. Perencanaan dan pengintaian oleh Mossad, termasuk mengetahui penjagaan daerah perbatasan yang lemah, membuat pembunuhan terhadap Fakhrizadeh berjalan sukses.

Pada akhir laporannya, The New York Times menulis, paska penggunaan senjata mesin dengan sistem kontrol jarak jauh untuk sasaran yang juga jaraknya sangat jauh, membuat dunia spionase dan sistem keamanan harus mengubah ulang cara mereka menghadapi ancaman.

(Sumber: Time of Israel)

33 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here