Jakarta, BarisanBerita.com,- Tudingan ketua Umum Demokrat soal adanya oknum Istana bermain dalam kisruh Demokrat, ditanggapi dingin banyak pihak.
Pengamat politik dan Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari, malah menilai aneh tuduhan Demokrat tersebut karena nihil bukti.
Dikutip dari wawancara Kompas TV dengan Qodari, Senin, (1/2/2021), pemilik Indo Barometer mengatakan, dirinya merasa aneh dan tudingan tersebut jadi hanya sekedar gosip, jika tak menyebutkan nama-nama orang yang terlibat. “Harusnya lebih baik jika disebutkan nama-nama orang yang dianggap mau mendongkel AHY dari posisi Ketua Umum,” katanya.
“Dan tudingan ini jadi aneh karena harusnya di saat kongres Demokrat tahun lalu, para anti-AHY bisa melakukan protes atas posisi anak pertama SBY tersebut,” ujarnya.
Sementara, Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali menilai Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sedang berhalusinasi saat menyebut ada pejabat lingkaran kekuasaan Presiden Joko Widodo yang sedang berupaya mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa.
“Halusinasi menurut saya,” kata Ali seperti dirilis CNNIndonesia.com, Senin (1/2/2021).
Dia meyakini tidak ada argumentasi yang bisa membenarkan pernyataan AHY secara logika.
Menurutnya, Jokowi tidak memiliki kepentingan untuk mengakuisisi partai politik tertentu untuk kemudian masuk ke dalam koalisi pendukung pemerintah. Ali berkata, Jokowi telah mendapatkan dukungan mayoritas dari partai politik di Parlemen Senayan.
“Kepentingan Jokowi untuk memperkuat barisannya di parlemen itu untuk mengamankan kebijakannya sudah 80 persen, sehingga secara politik tidak punya kepentingan lagi untuk mengakuisisi partai lain untuk masuk di pemerintahan,” kata Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI itu.
Berangkat dari itu, Ali menyarankan AHY untuk melakukan konsolidasi internal dan tidak berhalusinasi. .
“Tidak perlu membuat gimmick atau framing seakan dizalimi, karena itu enggak ada dasarnya,” ucapnya.
“Mungkin cari perhatian juga atau mungkin Demokrat mau masuk ke koalisi, terbuka saja daripada buat framing seperti itu,” imbuh Ali.
Terpisah, Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno meminta AHY untuk berpikir lebih jernih dalam menghadapi permasalahan yang terjadi di internal Demokrat.
“Menurut saya itu skema fatamorgana. Saya berharap Pak AHY tetap jernih meniti buih,” kata Hendrawan saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Hendrawan menuturkan, AHY tidak boleh begitu saja mempercayai isu yang berembus.
“Saya setuju, isu iseng tersebut hanya untuk mengganggu konsentrasinya sebagai Ketum,” ujar Hendrawan.
“Kami juga meyakini, keluarga Cikeas sudah tuntas menguasai hulu-hilir Partai Demokrat. Bahkan Ketum yang menang di Kongres Bandung saja (Anas Urbaningrum) terjungkal,” tambahnya.
Sebelumnya, AHY menduga ada gerakan politik yang dilakukan pejabat lingkaran kekuasaan Jokowi yang berupaya mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa.
AHY mengaku telah mendapatkan informasi dari banyak pihak tentang gerakan itu.
“Yang kami dapatkan, gerakan ini melibatkan pejabat penting pemerintahan yang secara fungsional berada di dalam lingkaran kekuasaan terdekat dengan Joko Widodo,” kata AHY di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (1/2).
Putra sulung Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengklaim manuver politik ini sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah menteri dan pejabat penting pemerintahan Jokowi.
(BBS)