BarisanBerita.com,- Kecurigaan akan bermainnya Jokowi dalam pemerintahan Prabowo masih tak lekang. Gibran dianggap kartu as Jokowi mengabadikan pengaruhnya.
Majunya Gibran sebagai wapres Prabowo jelas menunjukkan bahwa Jokowi berupaya untuk mempertahankan pengaruhnya untuk eksis lebih lama lagi, menurut pengamat politik dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Rezza Dian Akbar.
Meski masa jabatan sudah habis, Rezza berpendapat Jokowi tidak akan kehilangan pengaruh. Jokowi, menurutnya, akan tetap punya kekuasaan walaupun tidak lagi dalam bentuk dominasi, melainkan hegemoni.
“Dengan menempatkan putranya [sebagai wakil presiden] maka pada akhirnya peran serta pengaruh yang ia miliki selama 10 tahun menjabat presiden tidak serta merta hilang karena masih dilanjutkan atau diteruskan oleh putranya,” urainya.
Pada pekan-pekan terakhir masa jabatannya, Jokowi menghadapi kritik keras dari berbagai pihak atas apa yang dilihat sebagai upaya membangun dinasti politik demi melindungi warisan pemerintahannya, terutama proyek ibu kota baru Nusantara yang dihiasi beragam masalah—baik minimnya investasi, kerusakan lingkungan dan terancamnya masyarakat adat.
Pada Agustus lalu, gelombang demonstrasi yang meluas memaksa anggota parlemen untuk menarik kembali usulan perubahan undang-undang yang akan memungkinkan putra bungsu Jokowi sekaligus adik Gibran Rakabuming Raka, Kaesang Pangarep, untuk mencalonkan diri sebagai gubernur Jakarta.
Terlepas rakyat suka atau tidak, apakah itu ideal atau sesuai dengan prinsip-prinsp demokrasi, apakah itu hal yang baik dalam konteks politik di negeri ini, menurut Rezza, itu tak jadi soal sebab “kepentingan yang utama dari Jokowi adalah meneruskan dan melanggengkan peran serta pengaruhnya di politik negeri ini”.
Hal ini, kata Rezza, juga tercemin dari banyaknya orang-orang yang menempati posisi di kabinet Jokowi, kemungkinan besar akan kembali menjabat pada di bawah presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Karena itulah kita bisa melihat karena pengaruh dan peran Pak Jokowi dalam politik Indonesia tidak serta merta hilang, akan tetap eksis untuk lima tahun mendatang, minimal saat Gibran jadi wapres,” ungkapnya.
Meski banyak goncangan dialami Gibran, seperti soal polemik fufufafa yang baru-baru ini terjadi, ia melihat bahwa hal tersebut tidak akan mempengaruhi hubungan Gibran dan Prabowo.
Setidaknya, hal itu juga tercermin dalam pernyataan Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, yang mengatakan: “Pak Prabowo tidak terlalu pusing-pusing yang begitu.”
Menurut Rezza, Prabowo-Gibran adalah pasangan politik yang tidak diikat oleh rasa suka dan tidak suka, melainkan oleh kepentingan politik.
Dia mendefiniskan keduanya sebagai pasangan yang punya kepentingan dan visi politik yang sama karena “mereka bagian dari oligarki politik yang sama”.
(BBC/Bobby)