Bung Karno Tak Pernah Kejam Pada Lawan Politiknya

28
1480
Bung Karno sarapan bersama Fatmawati. (Foto: perpusnas.go.id)

Soekarno, Sang Proklamator, memang manusia biasa yang tak lepas dari salah. Namun di balik itu, Dia tetap manusia luar biasa yang membawa bangsa ini lepas dari kelamnya penjajahan.

Di mata Jusuf Wanandi, aktivis 66 yang juga ikut berdemo menumbangkan Soekarno, Bapak Negara itu tetap memiliki banyak kehebatan. Pada bukunya Menyibak Tabir Orde Baru, Jusuf Wanandi (Pendiri koran The Jakarta Post-red) menulis pengalamannya menjadi saksi mata langsung kehidupan dan nasionalisme sang Presiden kala berkuasa.

Bung Karno saat berkunjung ke Padang

Jusuf yang menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 60-an, menceritakan betapa cinta Bung Karno pada bangsanya, termasuk sikapnya yang tak tega untuk berbuat kejam pada lawan politiknya:

Sabtu malam dicadangkan untuk berdansa lenso di Istana Bogor. Dengan sang istri, Ibu Hartini. Bung Karno mengundang para menteri dan pejabat tinggi serta perwira militer. Ahmad Yani, Jenderal favorit Soekarno, tidak pernah hadir. Atasan saya Prof. Soejono, adalah bagian dari lingkaran dalam Soekarno yang selalu hadir dalam partai lenso ini. Saya juga hadir setiap ada kesempatan, menyaksikan dan mempelajari situasi. Lenso adalah tarian yang populer dari Minahasa, Sulawesi Utara, yang mudah dikuasai. Saya pun ikut. Bung Karno benar-benar menikmati pesta malam seperti ini. Ia dikenal perayu, mempunyai empat istri resmi dan sejumlah kekasih. Masyarakat Indonesia menerima kenyataan ini. Di antara mereka yang diundang termasuk musikus jazz Jack Lesmana dengan band dan istrinya, Nien, serta penyanyi lainnya seperti Titiek Puspa. Mulai dari pukul tujuh malam sampai biasanya pesta akan berakhir pukul sebelas. Pada jam tersebut, lazimnya Soekarno sudah menghilang dengan ibu Hartini.

Bung Karno bersama Hartini dan tamu negara

Menyaksikan Soekarno dalam pertemuan sarapan pagi dan pesta lenso, saya bisa mengerti bagaimana ia menjadi mabuk kekuasaan. Setelah menang dalam banyak perjuangan politik selama dan sebelum menjadi presiden, Soekarno terbiasa menjadi orang yang tidak tertandingi. Akhirnya, dengan dikelilingi oleh orang-orang yes-man, ia percaya bahwa dia benar-benar berkuasa penuh.

Bung Karno dan rakyatnya

Namun, dibalik itu semua, Bung Karno sebetulnya berhati baik. Bung Karno sangat mencintai rakyatnya. Ia tidak pernah kejam terhadap musuh politiknya walaupun mereka ia jebloskan ke penjara, seperti pemimpin Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan partai Sosialis Indonesia (PSI) yang bergabung dengan gerakan pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Ketika Bung Karno harus berhadapan dengan rakyatnya pada tahun 1965-1966, termasuk mahasiswa, ia memilih mundur daripada mengambil resiko pertumpahan darah atau perang saudara.

(Wo)

 

28 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here