Tentara AS Ungkap Penyebab Arab Kalah Perang

0
73
Pasukan Taliban

BarisanBerita.com,- Kalah dalam sejumlah perang, kondisi dan kualitas militer Arab di mata seorang tentara Amerika, memang memprihatinkan. Budaya dan agama jadi tantangan untuk mengubah mental tempur para prajurit.

Billy Waugh seorang tentara senior Amerika yang kemudian bekerja untuk CIA dan pernah melatih pasukan di Libya, Sudan, Mesir,  dan Afganistan melihat langsung kualitas para tentara negara tersebut.

Waugh mengungkap cara dan sikap tentara Arab dalam menerima pelatihan. Dia juga memerhatikan kuatnya budaya Timur Tengah serta agama dalam memengaruhi gaya hidup kemiliteran mereka.

Waugh menyebut hal pertama yang menjadi kelemahan militer arab adalah mereka tidak punya sistem manajemen menengah untuk menjalankan operasi militer. Contohnya di kemiliteran Libya, mereka tak punya sistem noncommission officer (NCO) seperti yang dimiliki Amerika. NCO selalu menjadi tulang punggung militer Amerika. Sedangkan militer Arab semata-mata hanya menerima perintah langsung dari pejabat teratas. Ini yang membuat militer Afganistan dan Irak hancur total ketika pejabat militer teratas mereka dilumpuhkan.

Faktor kedua, kata Waugh, tentara Arab selalu tergantung pada perasaan. Mereka sangat tidak tertarik pada hal yang menyangkut bidang perbaikan atau pemeliharaan peralatan tempur. Mereka juga tidak peduli soal siap atau tidak kondisi peralatan saat berlaga di medan pertempuran. Waugh mengingat pengalamannya saat mengajar tentara Libya. Mereka nampak terperangah ketika dirinya mengajar cara membaca peta, cara menggunakan kompas, dan peralatan komunikasi. Tentara Libya tak tertarik pada pelajaran yang dianggap level bawah karena menganggap bahwa mendapat atau mencari informasi adalah hal tak penting. Mereka selalu menggantungkan semua hal pada atasannya, termasuk masalah peralatan.

Waugh melanjutkan, faktor ketiga adalah masalah agama. Militer Arab sangat memprioritaskan agama dalam setiap aspek kehidupan dan militer.

Soal agama, Waugh mengingat ketika dirinya mengajar tentara infantry Laos. Orang Laos sangat fanatik pada agama Budha. Saat memasuki pertempuran, mereka menggigit patung Budha kecil. Parahnya lagi, ketika bertempur, mereka menutup mata. Akibatnya banyak tentara kehilangan nyawa sehingga berujung pada kekalahan.

Sebaliknya musuh mereka tak mau melakukan apa yang dijalani tentara Laos. Mereka menembak dengan mata terbuka dan leluasa membidik tentara Laos.

Kembali ke tentara Arab, Waugh menilai akibat kepatuhan pada agama yang begitu kuat, maka mereka percaya bahwa hanya Tuhan yang membimbing mereka, sehingga kenapa harus percaya pada para jenderal. Bagi Waugh, prajurit adalah kunci kemenangan dalam pertempuran. Jika para perwira mengenal medan pertempuran dengan baik, dan melakukan perencanaan yang masuk akal, lalu dipatuhi oleh prajurit, maka agama tak boleh jadi penghalang atau ikut campur dalam pertempuran.

Usai melatih tentara Libya, Waugh menilai bahwa mereka tak bisa diandalkan karena tumpul dan boros. Mereka sopan tapi tak cocok untuk menjadi pasukan tempur. Kesimpulannya, mereka tak mampu bertempur melawan musuh.

Sumber: A Special Forces and CIA Soldier’s Fifty Years on The frontlines of The War Against Terorrism

(Diazz, Bobby)