Ketangguhan Militer Israel Rontok oleh Kemalasan Intelijen

0
93
Tentara Israel

BarisanBerita.com,- Memalukan—itulah yang dirasakan Israel ketika Hamas masuk menyerang pada 7 Oktober 2023. Kemampuan intelijen negara zionis itu rapuh karena malas mewaspadai aktivitas yang tak biasa dari pihak lawan.

Selama dua tahun, Menachem Gida bergulat dengan sumpeknya udara dan kegelapan di lingkungan kerjanya. Gida menjadi sukarelawan yang bertugas di Selatan Israel. Dia menggunakan satelit khusus untuk memantau jaringan komunikasi di Gaza dan media Arab, lalu meneruskannya ke militer Israel. Gida sudah memperingatkan pihak militer tentang “permainan perang-perang” yang digelar pejuang Hamas. Namun tanggapan yang diterima bikin kecewa. Seorang perwira mengatakan pada Gida,”Kami tidak butuh kamu,” kata Gida meniru ucapan arogan perwira itu.

Dan Gida tidak kecewa sendirian. Michael Milstein, seorang mantan perwira intelijen kepada rekan kerjanya mengatakan kecemasannya, dan menulis sejumlah artikel pada media tentang tidak berjalannya strategi militer Israel mendekati Hamas—tapi tak seorangpun mau peduli. “Saya seperti menulis di tembok,” kata Milstein. “Padahal Hamas memilih perang.”

Seorang tentara wanita, Noa Melman, mengatakan pada atasannya tentang Hamas yang berlatih menyerang di depan pagar perbatasan, dan itu dilakukan berulang kali. Melman mengatakan, laporannya tak ditanggapi.

“Mereka menanggapinya seolah hal itu biasa dan sekedar rutinitas semata,” ujar Melman.

Maka terjadilah bencana itu. 7 Oktober Hamas menyerang dengan mengerahkan 1.500 pejuang menyeruak pagar keamanan Israel. Serangan ini lebih buruk daripada yang diperkirakan Gida, Milstein dan Melman.

Serangan yang rapi ini meluluhlantakan rasa percaya diri militer dan intelijen Israel. Mereka tak hanya gagal mengendus apa rencana besar Hamas, tapi juga gagal mengindahkan banyak peringatan tentang niat Hamas mempersiapkan serangan besar tersebut. Israel menderita penyakit “terlalu percaya diri, yang menuju pada arogansi dan berakhir pada rasa puas diri berlebihan,” kata mantan Perdana Menteri Ehud Olmert. “Hamas mengerjakan tugas yang biasa dilakukan militer kita: kejutan, cerdas, dan berpikir di luar kebiasaan.”

Satu bencana yang akan menjadi sejarah memalukan adalah militer telah mengabaikan perang untuk menghancurkan Hamas, musuh Israel yang tahu kelemahan negara itu.

“Intelijen Israel menderita kelemahan paling fundamental”

Itu terjadi karena pihak keamanan Israel melecehkan kemampuan Hamas yang bisa melakukan serangan berskala besar dengan sistem kerahasiaan yang ketat, disiplin dalam perencanaan, dan keahlian membaca lingkungan Israel. “Menengok ke belakang bisa menjadi kenangan yang indah, tapi dalam kasus ini akan membuat hilangnya daya imanjinasi, seperti terjadi dalam peristiwa 9/11,” kata Sir Alex Younger, mantan Kepala MI6 bidang intelijen luar negeri.”Akan selalu ada bahaya kala anda berharap sesuatu tetapi berbeda dalam kenyataan, dan Israel menganggap Hamas sudah berhasil ‘dijinakan.”

Israel membuat kesalahan sama dengan 50 puluh tahun lalu dalam perang Yom Kippur. Itu terjadi karena negara zionis ini percaya diri bahwa bangsa Arab sudah tak mampu menyerang karena kekuatan militer Israel yang lebih tangguh. Keteledoran ini yang juga terjadi kala Amerika diserang teroris dalam 9/11. Saat itu intelijen Amerika tak menyangka bahwa penyerang dapat menerbangkan pesawat dan menubrukannya ke gedung besar. Semua adegan itu sebenarnya ada dalam buku novel karangan Tom Clancy.

Peristiwa 7 Oktober juga sebenarnya sempat ada dalam adegan film di televisi Israel berjudul Fauda, yang menceritakan tentang penyerangan yang dilakukan Hamas, namun saat itu sutradara menganggap adegan tersebut tak masuk akal dan berlebihan. “Apa mungkin puluhan anggota Hamas menyerang Israel tanpa diketahui badan intelijen dalam negeri (Sin Bet),” kata penulis naskah Avi Issacharof meniru kata-kata tim pembuatan film tersebut.

Kesalahan kedua Israel adalah arogansi teknologi. Mereka percaya pada kecanggihan drone dan alat sadap yang dikerahkan ke Gaza. Israel yakin mereka lebih aman dengan alat-alat tersebut. “Keyakinan yang menipu alias palsu,” kata pengamat dari barat. “Memang akan terlihat keren ketika alat-alat itu berkerja, namun ketika itu tak berfungsi, maka tiba-tiba anda tak bisa melakukan apa-apa,” katanya.

(FM/Bobby)