Jessica Mathews Agen CIA yang Dijebak Intel Arab

0
166

BarisanBerita.com,- Mungkin momen inilah yang ditunggu-tunggu agen perempuan CIA, Jessica Mathews dalam perjalan karirnya. Seorang pria akan datang untuk memberitahu rahasia paling penting.

Bagi Jessica, sebagai seorang ahli tentang Al Qaeda, informasi yang akan diberikan Humam al Balawi, merupakan puncak informasi paling penting yang dinanti CIA dan Gedung Putih.

Jessica Mathews

Di awal pendekatan yang dilakukan Balawi, dia memberi sebuah informasi yang “menggoda” tentang susunan pejabat organisasi Al Qaeda. CIA menganggap Balawi sebagai aset penting yang bisa memata-matai organisasi tersebut.

Rencananya, mata-mata asal Yordania yang juga bekerja sebagai dokter itu akan datang dengan mobilnya menuju markas CIA di Kosh, Afganistan, tempat Jessica beroperasi. Mereka berharap informasi yang diberikan dokter Balawi akan menuntun ke lokasi osama Bin Laden, musuh terbesar Amerika.

Humam al Balawi

Tapi semua itu salah, Balawi ternyata seorang mata-mata yang bekerja untuk Al Qaeda. Dia berhasil meyakinkan wanita intel Amerika itu untuk percaya informasi yang akan disodorkannya. Selama ini Jessica sudah menelusuri jejak Osama bertahun-tahun. Dia setengah putus asa mengejar sosok paling berbahaya tersebut, sehingga sekarang dia begitu percaya pada informasi dari Balawi. Tapi hari itu Jessica nampaknya keliru membaca tanda-tanda bahaya.

Dan hari itu, 31 Desember 2009, Jessica bersama delapan rekan kerjanya, menunggu kedatangan dokter Balawi dengan perasaan sangat senang. Bahkan untuk memberi kesan serius dan persahabatan yang tulus, Jessice menyempatkan diri membuat kue ulang tahun untuk Balawi.

Namun di bagian lain, momen menegangkan sedang berlangsung di dalam mobil sang dokter. Balawi merekam pesan terakhir untuk musuh terbesarnya, CIA. “Kematian akan datang kepada kalian dengan cara yang tak disangka-sangka,” katanya dengan ekspresi datar di depan video.

Balawi melanjutkan pesannya sambil menunjukan tombol detonator bom yang dia sembunyikan di balik baju lengan panjangnya. “Kami akan datang ke kalian dengan izin Tuhan. Kami akan hancurkan kalian,” ujarnya.

Balawi berkewarganegaraan Yordania, namun dia keturunan Palestina. Balawi lahir dan besar di kamp pengungsian di Yordania. Balawi menyaksikan bagaimana Israel bersama Amerika membantai bangsanya.

Kemarahannya memuncak dan berujung kebencian pada dua negara tersebut. Semua itu dia wujudkan dalam bentuk tulisan bernada provokatif di internet sekaligus mengajak orang berperang melawan negeri Adidaya. Balawi berhasil menutup kebenciannya dengan sempurna. Di balik semua itu dia sebenarnya bisa menjadi sosok sempurna untuk menjadi mata-mata CIA.

Perjalanan karir mata-mata Balawi seharusnya menjadi kisah paling brilian. Jika memang dia bekerja untuk CIA, maka itu menjadi cerita legendaris dalam sejarah dunia intelijen sebab Balawi merupakan sosok berbeda dibanding tokoh intel umumnya.

Tapi sayangnya itu tak terjadi. Jika saja mereka (CIA) saat itu memeriksa Balawi dengan teliti, maka peristiwa paling tragis tak akan terjadi.

Akibat kecerobohan, saat Balawi memasuki markas CIA di Kosh, Jessica bersikeras untuk tak menggeledahnya. Agen intel wanita itu ingin memberi kesan bahwa Amerika percaya pada Balawi. Hasilnya, dokter asal Yordania ini pun berhasil mengecoh habis CIA.

Memasuki markas CIA, mobil Balawi berhenti tepat di depan kantor badan intelijen tersebut. Dia keluar dari mobil, lalu buuum…ledakan menghantam Jessica dan koleganya.

Pengamat intelijen menyebut, kematian agen terhebat CIA, Jessica Mathews sebagai kehilangan paling tragis. “Kematiannya sama dengan kehilangan kapal induk dalam perang laut.”

(BBS/Diazz, Bob)