Bertaruh Nyawa dan Harta si Calon Dokter Spesialis

0
60
Ilustrasi

When The Rich Rob The Poor It’s Called Business. When The Poor Fight Back It’s Called Violence—Anonymous

BarisanBerita.com,- Kasus perudungan pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Dipenegoro diduga tak cuma meneror kejiwaan calon siswa tapi juga terjadi praktik pemerasan puluhan juta rupiah per orang.

Kematian Dokter Aulia Risma Lestari membuka praktik kejam para senior dalam menekan junior mereka.

Tak cuma membuat calon dokter spesialis itu merana lahir tapi juga batin karena harus membayar uang tak resmi yang nilainya mencapai puluhan juta rupiah.

Oknum-oknum senior diduga meminta uang di luar biaya pendidikan resmi kepada mahasiswi PPDS Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Dokter Aulia Risma Lestari.

“Permintaan uang ini berkisar antara Rp 20 juta– Rp 40 juta per bulan,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (1/9/2024), seperti ditulis Antara.

Syahril mengatakan, berdasarkan kesaksian, permintaan ini berlangsung sejak almarhumah masih di semester 1 pendidikan atau di sekitar Juli hingga November 2022.

Aulia Risma ditunjuk sebagai bendahara angkatan yang bertugas menerima pungutan dari teman seangkatannya dan juga menyalurkan uang tersebut untuk kebutuhan-kebutuhan non-akademik.

Kebutuhan non akademik itu meliputi membiayai penulis lepas untuk membuat naskah akademik senior, menggaji OB, dan berbagai kebutuhan senior lainnya.

“Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga. Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhumah mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga akan adanya pungutan-pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu,” kata Syahril.

Syahril menyebut bukti dan kesaksian akan adanya permintaan uang di luar biaya pendidikan ini sudah diserahkan ke pihak kepolisian untuk dapat diproses lebih lanjut.

“Investigasi terkait dugaan bullying saat ini masih berproses oleh Kemenkes bersama pihak kepolisian,” kata dia.

Terkait dengan penghentian sementara PPDS anastesi UNDIP berpraktek di RS Kariadi sejak 14 Agustus 2024, kata dia, Kemenkes mengambil kebijakan tersebut antara lain karena adanya dugaan upaya perintangan dari individu-individu tertentu terhadap proses investigasi oleh Kemenkes.

Aulia Risma Lestari ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya beberapa waktu lalu. Ia diduga bunuh diri, di mana belakangan terungkap salah satu faktornya adalah tak kuat menahan beban mental perundungan senior di lingkungan kampus.

Sementara, salah satu mahasiswa senior PPDS Anestesi Universitas Diponegoro (Undip), Angga Rian, membantah ada pemalakan dari senior ke junior selama menempuh pendidikan. Meski begitu, dia mengakui ada uang iuran yang dikelola untuk kebutuhan bersama.

Angga menyebut pengelolaan uang makan menjadi vital bagi dokter residen anestesi terutama saat jaga malam. Sebab, ada kalanya dokter residen tak bisa meninggalkan kamar operasi hanya sekadar untuk makan.

“Membeli makanan itu sistemnya gotong royong, kenapa? Karena program operasi Kariadi ini 24 jam, untuk makan malam kita tidak disediakan makan malam oleh rumah sakit. Nah sementara residen ini posisinya masih di kamar operasi menjalankan pembiusan, salah satu sistemnya adalah kita dibelikan makanan dan itu akan berlanjut seperti itu terus sampai program operasinya bisa selesai,” kata Angga saat ditemui di FK Undip, Tembalang, Semarang, Senin (2/9/2024).

Dia menyebut tradisi itu sudah lama diterapkan di kalangan mahasiswa PPDS. Bahkan, dia yakin juniornya kelak juga akan menerapkan hal yang sama. Sebab, cara tersebut dianggap menjadi solusi bersama untuk mengatasi beratnya menempuh pendidikan di tempat itu.

(BBS/Bobby, wo)